Inilah Surat yang ditulis oleh seorang Refolusioner
sejati yang meningalkan kesempatan hidup mapan karena memilih untuk bergabung
dengan kaum tertindas untuk berjuang. Sebuah tulisan yang mengetarkan
Nadi,Sebuah tulisan yang membakar jiwa dan semangat berjuang, yang tidak hanya
lantas jadi abu, namun mampu memijarkan sesuatu untuk merkaa yang melawan,
mereka yang senantiasa dihibur oleh semangat perjuangan meski brgerak tanpa
limpahan harta, kekuasaan empuk, dan fasilitas hegemoni orang tua, mereka adalah
pekerja tidak pernah menuntuk upah kecuali keadilan, kendati banyak musuh dan
seringkali di anggap sebagai pemberontak namun semangat juang tidak pernah
redah untuk bergeraka adalah para pemuda yang darah juangnya sudah direlakan
oleh bundanya, siap mati demi kebenaran. selamat membaca.....
Kami percaya bahwa perjuangan revolusioner suatu
perjuangan sangat panjang, sangat sulit. Sulit tetapi jelas tidak
berarti mustahil, bahwa suatu kemenangan revolusi di suatu negara hanya akan
terjadi di negara itu saja ( Che Guevara )
Kalau aku
boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku ingin tinggal bersama
kalian. Melewati jalanan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk
yang panjang, kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah,
berkendaraan bagus dan punya mobil mengkilap. Kalian pertaruhkan segalanya,
kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan, dan sekolah yang kini kian
mahal. Buang segala teori sosial yang ternyata tak bisa membaca kenyataan.
Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita
paham dan mau membela orang miskin. Kupilih tinggal serta berjuang di hutan
karena di sana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya
menderita.
Andaikan aku
masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk
duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat
dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol
minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini
lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan kubantu para buruh
bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan
kutemani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu
anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari
kian mahal. Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu.
Kalau aku
boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama
kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan, puisi,
buku, apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat, pekikan suara, dan
dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi buaya yang akan
menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak mudah percaya
pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku untuk tidak terlalu yakin dengan
janji. Aku sudah hapal mana tabiat srigala dan mana watak kelinci. Kalau kau
baca tulisanku, mustinya kau bisa meyakini, kalau kekuasaan hanya bisa bertahan
selama kita mematuhinnya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar
ketakutan. Dan aku sejak dulu dididik untuk selalu sangsi dan curiga pada
penguasa!
Kalau aku
bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin berjalan dengan kalian. Menonton
orang-orang pandai berdebat di muka televisi atau aktivis yang melacurkan
keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang pandai yang berbohong dengan
ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat orang percaya bahwa si miskin makin
hari makin berkurang. Menonton aktivis senior yang kini juga berebut untuk
duduk jadi penguasa. Katanya: di dalam kekuasaan tidak ada suara rakyat maka
kita mengisinya. Aku bilang, itulah para pembual yang yakin jika perubahan bisa
muncul karena kita duduk di belakang meja. Demokrasi acapkali berangkat dari
dalil yang naif seperti itu. Aku sayangnya tak lagi bisa memilih, untuk berdiri
dan berbincang dengan kalian semua.
Anak muda,
aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul
wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada
kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Hutan
melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan
hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin
bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan
membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan
akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk
menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang
dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama
harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup!
Keberanian
itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki
harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan
membuatku selalu awas dengan ketenangan, kedamaian, dan cicit suara burung.
Hutan melatihku untuk sensitif pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat
oleh kedudukan, pengaruh, dan ketenaran. Kedudukan yang tinggi akan membuatmu
seperti manusia yang diatur oleh mesin. Kutinggalkan jabatan menteri karena
hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak,
yang bergerak kalau disuruh. Apalagi ketenaran hanya akan mendorongmu untuk
selalu ingin menyenangkan semua orang, membuat lumpuh energi perlawananmu.
Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman.
Rasa nyaman
yang kini kusaksikan di sekelilingmu. Anak-anak muda yang puas menjadi pekerja
upahan sambil menyita tanah sesamanya. Ada anak muda yang duduk di parlemen
malah minta tambahan gaji! Anak muda yang lain dengan tenaganya menyumbangkan
diri untuk menjadi preman bagi kekuasaan bandit. Bahkan pendidikan hukum mereka
gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin. Anak-anak muda
yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan. Mereka hidup karena ada
kemiskinan, keculasan kekuasaan, dan lindungan proyek lembaga donor. Aku enggan
untuk berjumpa dengan anak muda yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan, dan
kelincahan berdebat. Aku ragu apakah mereka mampu serta sanggup untuk melawan
arus.
Arus itulah
yang kini menenggelamkan nyali kita semua. Murah sekali harga seorang aktivis
yang dulu lantang melawan, tapi kini duduk empuk jadi penguasa. Murah sekali
harga idealisme seorang ilmuwan yang mau menyajikan data bohong tentang
kemiskinan. Murah sekali harga seorang penyair yang mau rame-rame mendukung
pencabutan subsidi. Aku gusar memandang negerimu, yang tidak lagi punya ksatria
pemberani. Seorang kstaria yang mau hidup dalam kesunyian dan dengan gagah
meneriakkan perlawanan. Tulisan adalah
senjata sekaligus bujukan yang bisa menghanyutkan kesadaran perlawanan. Kau
harus berani mempertahankan nyalimu untuk selalu bertanya pada kemapanan,
kelaziman, dan segala bentuk pidato yang disuarakan oleh para penguasa.
Yang
kauhadapi sekarang ini adalah sistem yang kuncinya tidak terletak pada satu
orang. Kau berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang
bagaimana jadi budak yang baik. Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri
yang bosan hidup berjuang tanpa uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut
kau pilih, tetapi kini tambah membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat. Kau
perlahan-lahan jadi orang yang hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu
untuk merubah. Kau kemudian percaya kalau pemecahannya adalah melalui
mekanisme, partisipasi, dan dukungan logisistik yang mencukupi. Kau diam-diam tak
lagi percaya dengan revolusi. Kau yakin perubahan bisa berjalan kalau
dijalankan dengan berangsur-angsur dan membuat jaringan. Gerakanmu lama-lama
mirip dengan bisnis MLM.
Saudaraku
yang baik! Hukum perubahan sosial sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan
hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantera: lawan! Lawanlah dirimu
sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan sosial yang hanya cocok
untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini
disibukkan oleh riset dan penelitian yang sepele. Kemiskinan tak usah lagi
dicari penyebabnya tapi cari sistem apa yang harus bertanggung jawab. Ajak
pikiranmu untuk membaca kembali apa yang dulu kukerjakan dan apa yang sekarang
dikerjakan oleh gerakan sosial di berbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu
bukan dengan LSM, tapi bersama-sama orang miskin untuk bekerja membuat sistem
produksi. Tak ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali dua hal:
bekerja untuk melawan penindasan dan melatih dirinya untuk selalu melawan kemapanan.
Dipetik dari :
http://bingkaimerah-indonesia.blogspot.com/2009/08/surat-che-guevara-untuk-kaum-muda.html
0 Comment:
Posting Komentar
Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.