Kamis, 20 April 2017

Tiada Pertemuan Tanpa Perpisahan

Sahabat 🙏
Lembar-lembar kebersamaan kita kian menipis
Sebentar lagi sayap2 kesendirian akan menerbangkan kita ke jurus2 berlainan
Akan ada fase dimana jembatan keakraban kita hanyut dilanda gelombang perpisahan.
Dimana kau dan aku hanya akan bersua kata dan saling menatap dalam angan2

Di saat2 seperti ini,  
Aku tidak hendak bicarakan air mata basa-basi perpisahan
Juga tidak ingin berpidato tentang kesedihan dan selusin haru kenangan yg dahulu
Tapi yg ingin kubicarakan hanyalah mimpi2 kita tatkala bersama lelap di negeri leluhur warisan negeri kita bersama

Seperti kau tau, aku pun sadar 
Banyak impian kita yang belum terwujudkan
Kita punya impian ingin berkunjung ke kota Solo hanya untuk menikmati indahnya suasana dalam gerbong kreta api
Kita punya impian untuk berkunjung ke tempat permandian kraton
Banyak impian kita yang belum terwujud

Tapi tak apalah 🙅
Tak ingin aku sesalkan
Walau sebentar lagi langkah kaki kita akan berpijak pada  tanah berlainan, gantungkan  cita bersama di langit nirmala
Kendati langkah2 kita bakal menapak jalan berbeda, kuharap angan2 kebersamaan tetap terpaut pada rencana yg tunggal

Kalau kau ingin melepas rindumu
Tataplah langit biru, disana pastilah kita kan bertemu
Karna angkasa kita cuma satu adanaya
Padanyalah kita gantungkan cita yg satu

Kalau kau ingin mekarkan kenangan kita
Tataplah bulan di purnama raya
Karna bulan kita tunggal adanya
Dialah saksi paling setia kala kita menjalin mimpi bersama

Kalau kau ingin membaca kisah2 kita
Rangkullah bumi di bawa kakimu
Karena pada bumi yg satu awetlah rekaman peristiwa kebersamaan kita
Tapi bila kau ingin menulis sejarah kala kita bersama
Pandanglah tapak2 Tuhan dalam Semesta
Seluruh hidup kita terpahat abadi disana
Sahabat 🙏
Lembar2 kebersamaan kita kian menipis
Sebentar lagi sayap2 kesendirian menerbangkan kita ke jurus2 berlainan
Tapi selama kita menatap wajah Tuhan bersama 
Persahabatan ini tak akan punah selamanya
Karna wajah-Nya, leburan utuh wajah2 kita
Hari2 kita berpawai dari sana
Masa lampau dan masa depan kita bertemu dan berakhir pada keabadian-Nya
Suka duka kita pun terpatri disana
Dialah yg telah mempertemukan kita
Dan Dia pula lah yg menyertai perpisahan kita.... Amin.
Share:

Senin, 17 April 2017

KAMPUSKU RUMAHKU

Waktu terus berlalu dan tak terasa kita telah memasuki usia senja dalam mengarungi lautan kampus Merah. Penantian dalam mencari kebenaran hanya menjadi sesuatu yang semu. Kebebasan berpendapat, berekspresi, dan kesejahteraan bagi mahasiswa hanyalah retorika belaka dan ini hanya mimpi. Birokrasi yang seharusnya menjadi orang tua dalam memberikan ilmu kepada anak-anaknya (mahasiswa) dan juga membuka ruang-ruang demokrasi atas keluhan yang terjadi dari hati terdalam anak-anak, itu tidak ada. Inilah yang membuat terputusnya hubungan antara orang tua dan anak. 

Anak selama ini terus menggeliat dan menerjang (demonstrasi) bahkan sampai memaki-maki si orang tua. Tapi, telinga orang tua seakan tertutup di tambah mulut yang terbungkam. Bahkan, orang tua melancarkan provokasi kepada anak-anaknya yang lain agar memukul atau melawan saudara yang terus mengganggu kenyamanan orang tua. Dan mereka mengatakan “itu adalah perbuatan yang sangat keji”.

Ada adigum yang mengatakan “sekejam-kejamnya  harimau tak sampai memakan anaknya sendiri”. Tapi, dalam urusan kepentingan manusia, adigum di atas tidak berlaku lagi. Dan timbul pertannyaan “mana yang unggul, manusia atau binatang?.” Pertannyaan ini terjawab, dalam banyak hal manusia unggul dari binatang. Tapi, ada satu hal yang mengunggulkan binatang daripada manusia adalah soal nafsu. Nafsu inilah yang membuat harkat dan martabat manusia menjadi tidak berarti di hadapan para binatang. Contoh yang sangat nyata yang di lakukan orang tua kepada anak-anaknya dalam hal urusan kerumah tanggaan adalah pembangunan rumah yang semakin di percantik dengan taman-taman asri yang juga memberi kesejukan kepada anak-anak. Agar anak dapat bermain-main dengan sepuasnya.
 
Namun, fasilitas dalam rumah itu tidak ada, yang ada hanya kursi, meja, perpustakaan yang buku-bukunya yang itu-itu juga dan semakin berkurang satu-satu, anak-anak yang cerdas di banding guru privatnya (dosen), nilai yang terlambat keluar setelah ujian yang harus di tunggu setahun kemudian, pembantu (karyawan) yang semakin kaya akibat fasilitas yang di berikan orang tua sangat baik misalnya, ada televisi, mobil, motor, dispenser, computer, kulkas dan lain-lain.

Dalam hal kenyamanan dan kesejahteraan, anak yang lebih utama di banding pembantu. Tapi, yang terjadi di rumah(kampus) pembantu yang keenakan di banding anak-anak. Akhir kata dari sebuah awal, yaitu “bila anak tak menghormati orang tua adalah durhaka!!! Bila orang tua tak menghargai anak, itu di sebut apa...? ayo jawab?.” Jangan hanya bengong, kaya orang bego. Jangan hanya diam, duduk berpangku tangan. Orang tua telah pergi dan berpaling dari kita. Saatnya kita mengeratkan ikatan persaudaraan untuk menyadarkan orang tua yang semakin gila. Dan juga, hancurkan hawa nafsu yang menindas mulai dari sekarang.perubahan tak akan terjadi tanpa perjuangan.perjuangan lahior dari kesadaran. Kesadaran ada dari kita semua (mahasiswa).
Share:

Total Pageviews

Theme Support