Sabtu, 10 Maret 2018

Surat Terakhir


Surat Terakhir 
Hay apa kabar?
Masih ingat aku? Ya, wanita dua tahun yang lalu yang setia mendampingimu. Kalau surat ini sudah sampai padamu, berarti kita sudah berada di alam yang berbeda. Melalui surat ini aku ingin berpamitan padamu dan juga memohon maaf untuk semua kesalahanku yang dulu. Sebenarnya aku ingin langsung menyampaikan padamu tanpa melalui surat ini, namun aku sudah tidak memiliki kontakmu. Beberapa kali kucoba untuk menghubungimu melalui sosial media, namun hingga surat ini kukirimkan padamu belum ada yang kau balas. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menulis surat ini. Saat memutuskan untuk mengirimimu surat ini, aku sempat dilanda kebingungan, kemana akan kukirim surat ini? karena aku tak tau posisimu saat ini dimana. Syukurlah dulu kau banyak mengenalkanku dengan teman dan saudaramu. Dan banyak pula diantara mereka yang berteman denganku di sosial media. Aku meminta alamatmu dari kak Tora, karena diantara yang lain aku lebih mengenalnya. Maaf karena aku tidak meminta izinmu terlebih dahulu.

Mungkin kau bertanya, kenapa aku harus berpamitan padamu? Karena kau merupakan sepenggal kisah dari cerita kehidupanku. 4 tahun 5 bulan dari cerita kehidupanku ada bersamamu, sebelum semuanya berakhir di bulan November. Berakhirnya hubungan kita ku fikir merupakan kebahagiaan untukmu. Aku melihatnya dari unggahan-unggahan di sosial mediamu. Senyummu begitu lebar, seperti tidak ada lagi beban dalam hidupmu dan kau juga dikelilingi banyak teman. Namun tidak buatku, tepat satu bulan setelah hubungan kita berakhir aku didiagnosa terkena kanker otak dan sudah memasuki stadium akhir. Melihat kondisiku seperti ini, dokter mengatakan kalau hidupku tidak lama lagi. Dalam hati aku berdoa ‘ya Allah jika memang ini akhir dari hidupku, aku ikhlas. Tapi jangan Kau ambil dulu nyawaku, tugasku belum selesai. Izinkan aku untuk menyelesaikan tugasku dan berkumpul dengan keluarga sebentar”

Bulan Februari merupakan bulan yang sangat kau nantikan sejak lama. Ya, bulan dimana ceremoni kelulusanmu. Dari kejauhan aku melihatmu, kau begitu sangat bahagia dan kau begitu gagah menggunakan toga itu. Ku lihat disamping kiri kananmu ada keluarga dan teman-temanmu. Kalian begitu bahagia dengan mengekspresikan berbagai macam gaya dalam foto. Sebenarnya aku sangat ingin menghampirimu dan mengucapkan selamat untuk perjuanganmu selama ini agar bisa menggunakan toga ini. tapi aku takut merusak suasana hatimu saat itu. Sebenarnya saat seseorang memberikanmu hadiah dariku, aku ingin tetap berdiri ditempatku agar kau bisa melihatku. Namun saat itu, tiba-tiba kepalaku begitu sakit dengan hebatnya dan aku tak ingin merepotkanmu dan orang-orang disana untuk mengurusku, jika aku pingsan. Maka aku memutuskan untuk pergi. Kau masih ingat kejadian ini? Aku pergi bukan meninggalkanmu, hanya saja untuk menjauh dari keramaian. Dan benar saja, aku pingsan. Tapi syukurlah saat itu tidak ada orang yang tau, jadi aku tidak merepotkan orang lain. Jam 18.00 aku tersadar.

Malam itu sebenarnya aku sangat ingin menghadiri perayaan kelulusanmu, karena seperti sebelum-sebelumnya jika anak Timor- Leste ada yang wisuda maka malamnya akan ada perayaan bersama teman-teman. Tapi aku ga tau lokasi perayaan itu. Terbesit difikiranku untuk pergi ke pantai depok, karena biasanya kalian mengadakan acaranya disana. Namun aku berfikir dengan kondisiku yang sudah seperti ini, aku ga mungkin kesana. Aku takut penyakitku kambuh dan merusak acara perayaan kelulusanmu. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap di asrama dan aku merayakan kelulusanmu dengan mendoakanmu, semoga ini menjadi langkah awal menuju kesuksesanmu dan kedepannya setiap langkahmu dimudahkan oleh Tuhan. Cukuplah saat kuliah saja, cerita hidupmu begitu pahit dan perjuanganmu begitu keras.

Setahun setelah itu aku mendapat kabar dari saudaramu, kalau kau sedang sakit. Hepatitismu semakin parah sehingga kau dirawat di rumah sakit. Aku fikir ini saat yang tepat untuk kita berjumpa kembali disisa umur kita yang mungkin tidak lama lagi. Dan aku bersyukur Tuhan masih memberikan aku umur sampai selama ini. Akhirnya aku terbang ke Timor Leste untuk melihat kondisimu. Nama rumah sakit dan di ruangan apa kau dirawat sudah kudapat dari saudaramu. Akhirnya kita bertemu, namun kau tidak menyadari keberadaanku disana. Dan memang tidak ada yang menyadari keberadaanku disana dari orang-orang yang pernah ku kenal dulu. Aku hanya melihatmu dari kaca pintu. Sebenarnya aku ingin masuk, namun ku lihat ada wanita yang sedang duduk disampingmu sambil memegang tanganmu. Tiga hari aku disana dan wanita itu selalu setia berada disampingmu dan terus menggenggam dan memandangmu. Kulihat sesekali kalian bercanda dan saling memberikan tatapan kehangatan. Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke Indonesia, karena ku fikir kau akan baik-baik saja. Dan benar saja, satu minggu setelah kepulanganku kau sudah pulang dari rumah sakit.

Enam bulan kemudian kau mengunggah foto pernikahanmu. Tanpa sadar air mataku terjatuh saat melihat foto itu. Aku bahagia, akhirnya kau menemukan orang yang sesuai dengan harapanmu. Aku pun mengucapkan selamat atas pernikahanmu dengan mengomentari foto itu di akun sosial mediamu. Namun kau tidak merespon komentarku dan hanya komenku yang tidak kau respon. Kau menyadarinya? Melihat foto ini aku teringat perkataanku dulu semasa kita masih bersama. Bahwa aku ingin menemanimu menuju proses kesuksesan itu, walaupun kelak bukan aku yang ada disampingmu saat kau sudah mendapatkannya. Apakah kau juga mengingatnya saat ini?

Tiga bulan setelah itu kondisiku memburuk. Aku berusaha menyembunyikan semuanya dari keluargaku hingga akhirnya aku beristirahat dengan tenang. Ku fikir Tuhan mengabulkan keinginanku untuk mencintaimu sampai 1000 tahun lagi, hingga di akhir hayatku hanya namamu yang kubawa dalam peristirahatan terakhirku. terimakasih untuk warna yang kau berikan di hidupku, terimakasih untuk cerita yang telah kita tulis bersama, dan terimakasih untuk memberikanku kesempatan menjadi bagian dari perjuanganmu. Aku pamit ya, semoga kelak kita dapat bertemu kembali dalam dunia yang berbeda.


Simpang benar, 20 Agustus 2019

                           SEKAR

Share:

Kamis, 08 Maret 2018

Puisi Dies Natalis FORESKO Ke-X


Selamat Ulang Tahun Untuk-mu

Hari demi hari terus berjalan
Waktu pun berganti bagaikan kilat
Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi
Sebagai konsekuensi logis atas akhir dari sebuah langkah
Generasi ke generasi telah kau ciptakan
Dari zamanmu yang masih naif kini menjadi indah

Zamanmu kini telah berubah
Zaman penuh dengan zombie
Zaman penuh dengan hedonis
Zaman oportunistis
Zaman individualistik
Namun, Kau tetap berdiri kokoh dengan namamu
Namamu Kini dikenal dimana-mana
    FORUM ESTUDANTE KOBA-LIMA (FORESKO)
Semuanya Bukan karena kau cantik
Bukan pula karena kau kaya
Melainkan kau senantiasa menyadarkan generasi muda akan pentingnya arti pendidikan
Bahwa ini bukan tentang bagaimana kita mendengar
Melainkan bagaimana kita mengerti
Bahwa Ini bukan tentang bagaimana kita melihat
Melainkan bagaimana kita merasakan

Kau bagai peri bagiku
Saat aku lemah, kau mampu menguatkan aku
Saat aku malas, kau senantiasa mengingatkanku
Bahwa aku adalah harapan
Aku adalah tujuan
Aku adalah masa depan

Kini usiamu telah 10 tahun
Ulang tahunmu sedang dirayakan
oleh generasi baru yang sedang kau persiapkan
Selamat Ulang Tahun Untukmu
FORUM ESTUDANTE KOBALIMA
Selalu jadi ruang pemersatu bagi generasi muda
Bangkitkan semangat mereka
Hancurkan kebodohan mereka
Kokohkan jiwa intelektual mereka
Agar tak muda tergoyahkan
Jayalah Selalu....

                                                                                                   Julius Dos Santos
Yogyakarta, 2 Maret 2018

Share:

Total Pageviews

Theme Support