Minggu, 24 April 2016

JAGO BERMIMPI


Lorong Hitam
Di Lorong hitam ini Jago bermimpi
Mimpi menjadi seorang Manusia
Sesungguhnya Jago adalah Manusia
Lahir dari Seorang Wanita
Berasal dari seorang Pria
Hanya saja Ia Merasa Bukan Manusia 
Lantaran hidupnya terlampau Kejam
Rakyat jelata. Iya Rakyat Jelata!!!
Memang Ia ditakdirkan untuk selalu diperintah
Maka Ia selalu bemimpi
Untuk Berenang Sebebas Ikan di laut
Untuk Terbang Sebebas Burung di Angkasa
Dan Mencoba untuk berjalan selayaknya seorang Manusia.

Si Jago

Hari demi Hari terus berlalu
Pergantian waktu pun tak dapat dielakkan.
Perubahan merupakan sebuah realitas yang harus dihadapinya, Sebagai Konsekuensia logis atas akhir dari setiap langkah
Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah, Sebagai barometer dalam menjalani hidup menuju sebuah wujud misteri, yaitu cita-cita.
Merenung kembali tentang paradigma hidup,
Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa raya,
Katakanlah kamu bisa merainya,Kamu bisa menjalaninya, gapailah semuanya...
Share:

Jumat, 01 April 2016

SEJARAH PERKEMBANGAN MILITER INDONESIA

A. Militer
     Awal mula masyarakat menggunakan alat kekerasan sebagai pelindung hasil produksi, ketika masyarakat mengalami perkembangan alat produksi sehingga hasil dari produksi ini tidak hanya memenuhi kebutuhan kelompoknya dalam sehari, akan tetapi sudah sangat berlebihan, dari sini kemudian masyarakat berpikir untuk mengelolah agar dapat terus digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan selajutnya, maka dari itu masyarakat pada waktu itu membuat alat yang mampu mempertahankan hasil produksi mereka dan menghindarkan dari perebutan kelompok lain, ini kemudian menjadi dogtrin bahwa diluar dari kelompok mereka adalah musuh dan perluh membangun kekuatan pelidung agar dapat terhindar serangan . dapat kita tarik pelajaran sejarah perkembangan masyarakat, kitika alat produksi hanya menjadi kepemilikan individu atau masyarakat sudah mulai mengenal nilai lebih dan penguasaan hasil produksi sendiri disitulah awal mula kekerasan dan penciptaan alat – alat kekerasan ( algojo, prajurit ) sebagai alat untuk mempertahankan dan menguasai hasil produksi.
     Untuk memahami militer tidak dapat kita lepaskan dari konteks sejarah perkembangan  masyarakat sebagai kenyataan sosial yang terus berkembang, sehingga kita dapat mengetahui secara hakikat dasar apa yang melatarbelakangi atau awal mula munculnya militer di jagat ini. Ketika pemahaman sudah menjadi cara pandang dalam melihat kenyataan sosial, tentunya  kita dapat lebih mampu melihat keakar-akarnya, apakah benar dalam konteks militer hari bukan alat kelas untuk memproduksi kekerasan sebagai pendorong akumulasi kapital untuk terus eksis di bumi ini, sejarah telah membuktikan bahwa negara kapitalis sejak revolusi industri melancarakan perang untuk memperbesar sumbangan akumulasi modal kepada negara. Negara kapital sering membangun kekuatan persenjataan dan kekuatan perang, dan tampil dalam bentuk ekspansi sebagai upaya untuk terus memperbanyak akumulasi modal serta menjadi negara yang berkuasa terhadap negara lain, tidak hanya sampai disitu, negara dengan kekuatan senjata terus melakukan bentuk monopoli agar dapat mempengaruhi segalah kebijakan politik suatu negara, artinya dapat ditarik benang mera bahwa sangat jelas militer adalah penopang bentuk kolonialisme dan imperialisme.atau menurut Lenin “ militer dalam bentuk perang pada hakikatnya adalah politik yang dilanjutkan dengan cara lain “.
       Sebagian besar negara makmur “kapitalis”  menjadi biang keladi dari segala bentuk perang, kekerasan dan menciptakan ketimpangan serta keterbelakangan. Akibatnya, munculah ketegangan sosial dan regional, sehingga sering kali mendorong negara terbelakang kedalam ketegangan sosial politik serta konflik berkepanjangan yang akhirnya negara maju menikmati dan menyapu bersih keuntungan ekonomi. Tidak dapat dipungkiri penguasaan ekonomi politk yang dilakukan rezim kapital menciptakan pertentangan yang tidak terdamaikan. Akibatnya penguasaan lembaga kekerasan “ militer “ menjadi alat rezim untuk melegalka bentuk – bentuk ketidak adilan kepada massa rakyat dan menutup rapat dasar demokrasi di negara terbelakang melalui resim militer yang patuh terhadap kepentingan kapitalisme internasional, agar mampu membangun pondasi sistem kapitalis sebagai pendorong peningkatan produksi akumulasi kapital sebanya- banyaknya. Dalam hal ini negara terbelakang sangat terbuka akan terjadi proses kudeta atau proses perebutan kekuasaan  pada rezim yang tidak dianggap lebih produktif dari negara maju dalam mendorong akumulasi kapital, lebih paranya lagi ketika rezim militer mematikan seluruh hak – hak sipil sebagai bentuk meredam gejolak perlawanan massa rakyat sipil untuk menutut hak kesejahteraan akibat dari pemiskinan yang diciptakan oleh sistem kapitalis.

B. Militerisme dan Militerisasi
     Militer merupakan nilai, ideology, prinsip–prinsip dalam keseharian pada tubuh militer yang tertanam dalam nilai dan prilaku secara terus-menerus, seperti hirarki, komandois, sentralistik, penyeragaman, mengutamakan penyelesaian fisik untuk mencapai tujuan tertentu, menggunakan wacana kawan – lawan dalam melihat perbedaan, Ini menjadi model – model keseharian organisasi dan selalu dianggap lebih baik dari organisasi sipil. Bentuk pengorganisasian efektif dan efisien yang dimiliki militer dapat lebih mempermudah dalam mencapai tujuan tertentu, karena militer tidak mengenal partisipasi untuk pengambilan keputusan, setiap anggota militer tidak memiliki hak dan terlibat mengambil keputusan maupun membuat keputusan bersama. Keputusan sepenuhnya menjadi  otoritas bagi pemimpin, sebaliknya anggota kelompok berkewajiban menjalankan perintah tanpa banyak tanya atau mendebat. Sebagai gantinya, bentuk organisasi militeristik mengedepankan mobilisasi. Dalam mobilisasi setiap anggota sebuah komunitas ( kesatuan ) bergerak atas dasar self determination atau kemerdekaan pribadi, akan tetapi digerakkan untuk tujuan abstrak seperti nasionalisme sempit, patriotisme, atau musuh bersama.
      Trend perang merupakan wajah militer yang terus membanyangi dunia ini, militer selalu dijadikan alat untuk menyelesaikan persoalan sosial, ketika seperti ini tentunya kekuatan perang terus di produksi sebagai pendukung dan pendorong kekuatan militer, tak heran kalau militer menjadi sangat penting untuk terus menciptakan kemampuan, kekuatan  teknologi senjata terus-menerus. Dari perkembangan teknologi senjata makin banyak memakan korban massa. Militer akan menjadi kekuatan menakutkan di kehidupan  massa rakyat yang setiap saat,  bisa menjadi malah petaka bagi massa rakyat serta acaman bagi peradaban di muka bumi ini, bahkan perang akan diproduksi untuk kepentingan pemegang alat sumber produksi yang mendorong percepatan akumulasi kapital. Tidak harus terlalu sempir meletakan militer hanya pada alat perang, namun harus juga dilihat pada sudut pandang yang luas, sehingga dapat lebih jelas melihat pengaruh dalam sosial, ekonomi politik.
        Peran militer dalam kehidupan sipil menjadi titik persoalan besar apa bila militer memberangus hak sipil dan masuk pada ranah sosial, ekonomi politik, serta membangun ideologi  militer pada massa rakyat. Tidak dapat ditolak bahwa  ideology militer akan menjadi tata nilai dan prinsip-prinsip hidup bagi massa rakyat yang berjalan secara sistematis dan rasional, bahkan lebih parah lagi ideologi ini menjadi ikon, dan  ritual – ritual dalam proses penyelesaian masalah sosial yaitu kekerasan tanpa ada prinsip demokratis, karena militer pada hakekatnya adalah milik suatu kelas penguasa, tidak mengutamakan nilai dan prinsip demokratis, sebab militer dibesarkan oleh penguasa, ia dididik oleh tradisi penyeragaman, hirarkis, komandois, pada puncaknya tidak membangkitkan gagasan kepemilikan bersama tetapi hanya kepentingan proses akumulasi modal dan melindungi segala kepemilikan kelas penguasa.
        Dinamika produksi penindasan terhadap sistem sosial, ekonomi politik sebagai pemenuhan akumulasi modal, terjadi pada dunia ketiga merupakan  bentuk inperialisme dibalik kepentingan rezim modal internasional, menjadi paktor utama keterbelakangan bagi negara dunia ketiga. Berangkat dari persoalan pokok ini tidak dapat kita pisahkan  militer pada negara dunia ketiga, dimana militer hanya menjadi alat kepentingan dalam melindungi aset kepentingan penguasa  rezim modal internasional. Negara dunia ketiga harus menjadi alat yang menyediakan seluruh tata-tertip sosial dan pondasi sistem ekonomi kapitalis, akibat dari semua ini penetrasi negara pada ruang sipil makin menjadi-jadi dan mengarah pada bentuk kekerasan pada masayarakat sipil. Tidak salah lagi pasti militer akan menjadi jawaban atas persoalan ini karena siapapun yang akan menghambat kepentingan rezim modal internasional tidak akan ada maaf. Artinya militer adalah anak kandung dari kapitalis.

Sumber: 
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Analisa Kekuatan Politik
Dosen Pengampu: Ade Marup.W, S.IP
Universitas Muhammadiyah Yogyakrta 
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional

Share:

Total Pageviews

Theme Support