Senin, 17 April 2017

KAMPUSKU RUMAHKU

Waktu terus berlalu dan tak terasa kita telah memasuki usia senja dalam mengarungi lautan kampus Merah. Penantian dalam mencari kebenaran hanya menjadi sesuatu yang semu. Kebebasan berpendapat, berekspresi, dan kesejahteraan bagi mahasiswa hanyalah retorika belaka dan ini hanya mimpi. Birokrasi yang seharusnya menjadi orang tua dalam memberikan ilmu kepada anak-anaknya (mahasiswa) dan juga membuka ruang-ruang demokrasi atas keluhan yang terjadi dari hati terdalam anak-anak, itu tidak ada. Inilah yang membuat terputusnya hubungan antara orang tua dan anak. 

Anak selama ini terus menggeliat dan menerjang (demonstrasi) bahkan sampai memaki-maki si orang tua. Tapi, telinga orang tua seakan tertutup di tambah mulut yang terbungkam. Bahkan, orang tua melancarkan provokasi kepada anak-anaknya yang lain agar memukul atau melawan saudara yang terus mengganggu kenyamanan orang tua. Dan mereka mengatakan “itu adalah perbuatan yang sangat keji”.

Ada adigum yang mengatakan “sekejam-kejamnya  harimau tak sampai memakan anaknya sendiri”. Tapi, dalam urusan kepentingan manusia, adigum di atas tidak berlaku lagi. Dan timbul pertannyaan “mana yang unggul, manusia atau binatang?.” Pertannyaan ini terjawab, dalam banyak hal manusia unggul dari binatang. Tapi, ada satu hal yang mengunggulkan binatang daripada manusia adalah soal nafsu. Nafsu inilah yang membuat harkat dan martabat manusia menjadi tidak berarti di hadapan para binatang. Contoh yang sangat nyata yang di lakukan orang tua kepada anak-anaknya dalam hal urusan kerumah tanggaan adalah pembangunan rumah yang semakin di percantik dengan taman-taman asri yang juga memberi kesejukan kepada anak-anak. Agar anak dapat bermain-main dengan sepuasnya.
 
Namun, fasilitas dalam rumah itu tidak ada, yang ada hanya kursi, meja, perpustakaan yang buku-bukunya yang itu-itu juga dan semakin berkurang satu-satu, anak-anak yang cerdas di banding guru privatnya (dosen), nilai yang terlambat keluar setelah ujian yang harus di tunggu setahun kemudian, pembantu (karyawan) yang semakin kaya akibat fasilitas yang di berikan orang tua sangat baik misalnya, ada televisi, mobil, motor, dispenser, computer, kulkas dan lain-lain.

Dalam hal kenyamanan dan kesejahteraan, anak yang lebih utama di banding pembantu. Tapi, yang terjadi di rumah(kampus) pembantu yang keenakan di banding anak-anak. Akhir kata dari sebuah awal, yaitu “bila anak tak menghormati orang tua adalah durhaka!!! Bila orang tua tak menghargai anak, itu di sebut apa...? ayo jawab?.” Jangan hanya bengong, kaya orang bego. Jangan hanya diam, duduk berpangku tangan. Orang tua telah pergi dan berpaling dari kita. Saatnya kita mengeratkan ikatan persaudaraan untuk menyadarkan orang tua yang semakin gila. Dan juga, hancurkan hawa nafsu yang menindas mulai dari sekarang.perubahan tak akan terjadi tanpa perjuangan.perjuangan lahior dari kesadaran. Kesadaran ada dari kita semua (mahasiswa).
Share:

0 Comment:

Posting Komentar

Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.

Total Pageviews

Theme Support