Sifat-Sifat
Dasar Sistem Kapitalisme Sebuah Catatan
Dalam sebuah
perjuangan, kita harus tahu siapa kawan dan siapa lawan. Musuh kita adalah
kapitalisme. Tetapi apakah kapitalisme itu? Jawabannya mungkin tampak sederhana. Kapitalisme
bukankah sebuah sistem dimana sejumlah individu yang kaya memiliki
pabrik-prabrik dan perusahaan lainnya? Bukankah para kapitalis ini bersaing
pada sebuah pasar bebas, tanpa perencanaan yang terpusat, dengan hasil bahwa
sistem perekonomian sering jadi kacau dan acapkali mengalami krisis? Jawaban untuk
menghindari keadaan seperti itu juga tampaknya jelas, ialah menyita industri
dari para individu itu (nasionalisasi), dan membiarkan negara untuk
merencanakan ekonominya.
Menurut
kebanyakan orang yang berhaluan kiri, hal-hal diatas dianggap merupakan inti
dari ajaran Marxisme. Tetapi dewasa ini permasalahan-permasalahan diatas tidak
dapat dilihat sesederhana itu. Pada satu sisi, banyak perusahaan di bawah
sistim kapitalis dewasa ini tidak lagi dikontrol oleh para individu. Secara
formal perusahaan-perusahaan itu dimiliki oleh para pemegang saham, tapi
kenyataannya masih banyak perusahaan-perusahaan raksasa yang masih dijalankan oleh para pejabat perusahaan. Sedangkan bentuk
perusahaan-perusahaan lainnya adalah perusahaan negara seperti BUMN. Namun kaum
buruh juga dieksploitasi dalam perusahaan tersebut.
Di sisi yang
lain, masyarakat yang telah meninggalkan kepemilikan swasta dan memilih
rencana-rencana ekonomi yang terpusat tidak tampak menarik lagi saat ini.
Negara-negara seperti di bekas Uni Soviet telah menteror kelas buruhnya,
sedangkan para birokrat yang mengelola pabrik-pabrik. Dan pada akhirnya
masyarakat itu juga mengalami krisis ekonomi dan politik.
Saat ini Cina
mencoba mengambil alih beberapa aspek pasar bebas ke dalam kebijakan ekonomi
mereka, karena takut tidak mampu untuk tetap bersaing dengan negara-negara
kapitalis barat.
Jadi
keseluruhan arti kapitalisme dan sosialisme, dan perbedaan-perbedaan diantara
kedua sistem itu, perlu dikaji ulang untuk disesuaikan dengan perkembangan
ekonomi dewasa ini.
Disini,
ide-ide Karl Marx sangatlah penting. Dia sama sekali tidak menganggap
kepemilikan alat-alat produksi oleh individu swasta merupakan masalah utama
kapitalisme. Yang ia tolak adalah sebuah situasi dimana alat produksi dikontrol
oleh minoritas -- dalam berbagai bentuk -- untuk mengeksploitasi mayoritas.
Eksploitasi
semacam ini mengambil bentuk dalam hubungan sosial di tempat kerja. Yakni para
pekerja yang tidak memiliki perangkat produksi, dan tidak memiliki komoditi
untuk dijual sehingga mereka harus menjual tenaga kerjanya untuk gaji (wage
labour system). Ini berarti mereka tidak memiliki kontrol dari hasil kerjanya.
Dalam sebuah sistem ekonomi seperti ini, tidak ada kemungkinan untuk
merencanakan perekonomian demi kepentingan masyarakat luas.
Justru
sebaliknya, setiap kapitalis akan didorong oleh kompetisi untuk membangun usaha
dengan mengorbankan orang lain. Seperti yang dikatakan Marx, 'Akumulasi!
Akumulasi! itu adalah nabi-nabi baginya'. Ini berarti yang kuat memakan yang
lemah, dan sistemnya akan turun secara drastis sampai mengalami krisis ekonomi.
Marx, menyebut
kondisi seperti ini keterasingan (atau alienasi) pekerja, dan salah satu
slogannya yang sangat terkenal adalah 'penghapusan sistem wage labour". Di dunia moderen,
modal memiliki bentuk yang bermacam-macam. Di mancanegara terjadi swastanisasi
perusahaan-perusahan milik negara. Negara-negara lain seperti Swedia atau
Italia masih memiliki sektor negara yang besar, sedangkan di Cina dan Kuba
perencanaan ekonominya masih dilakukan secara terpusat.
Tetapi di
semua negara itu analisa fundamental Marx masih sangat relevan. Alat-alat
produksi masih dikontrol oleh minoritas -- meskipun komposisinya sangat
bermacam-macam dari para pengusaha individu melalui sektor swasta dan birokrat
yang bekerja di sektor publik.
Para pekerja
menjual tenaga mereka untuk mendapatkan gaji, dan tidak memiliki kontrol
terhadap proses produksi atau barang-barang yang mereka hasilkan. Produksi dilaksanakan dengan jalan kompetisi, baik dalam
skop kecil, persaingan antar perusahaan maupun dalam skop besar atau nasional,
antar negara, yang dipimpin oleh aparatus negara.
Kompetisi
antar negara juga memiliki bentuk yang lain yaitu kompetisi militer. Bekas
negara Uni Soviet selalu mendorong ekonominya berjalan secara efisien, karena
harus bersaing dengan Amerika Serikat dalam hal persenjataan. Kaum buruh di Uni
Soviet dihisap oleh birokrasi yang tengah berkuasa guna kompetisi militer
tersebut. Kami menyebut bentuk ekonomi yang dijalankan oleh rezim Soviet itu
"Kapitalisme Negara".
Apapun bentuk
kompetisi itu, hasilnya selalu sama: "Akumulasi! Akumulasi! itulah
nabi-nabinya!" Sedangkan para pekerja adalah korbannya. Jadi apa yang
perlu dilakukan? Jawabannya ada pada sistem sosialis yang sejati, yang berarti
pekerja sendiri yang harus mengontrol proses produksi, dan memproduksi untuk
kebutuhan manusia, bukan untuk kebutuhan kompetisi.
Kontrol
pekerja terhadap produksi -- yang berkaitan erat dengan kontrol mereka secara
demokratis terhadap negara -- dapat diterapkan di sebuah negara secara
sementara. Namun seperti yang kita lihat, tekanan kompetisi berlangsung secara
internasional. Maka untuk jangka panjang, sosialisme mesti diciptakan di
tingkat internasional.
Ayo lawan....! ! !
0 Comment:
Posting Komentar
Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.