Sabtu, 11 Juli 2015

PERMASALAHAN PENIDIKAN DI INDONESIA

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan yang dirasakan saat ini sudah keluar dari esensi dasarnya yaitu untuk “memanusiakan manusia”, yang mengarahkan dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan bagi peserta didik agar tidak hanya bisa melek hurup tapi juga melek terhadap realitas sosial masyarakat. Ini merupakan akibat dari sebuah sistem pendidikan nasional yang diterapkan oleh pemerintah sangatlah tidak relevan bagi kebutuhan rakyatnya. Persoalan ini dapat dilihat bagaimana tiap sekolah-sekolah  hanya memberikan  teori untuk dapat menjawab soal-soal ujian, agar para siswanya mendapatkan nilai yang baik, tetapi sekolah  tidak pernah memberikan pengetahuan untuk lebih mengenal realitas sosial yang berupa wacana dan praktek tentang interaksi manusia dengan manusia, hubungan rakyat dengan negaranya serta konflik ataupun permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di dalam negara. Apakah ini tidak dinamakan pendidikan juga? Artinya benar, sekolah hari ini telah bergeser fungsi yang seharusnya sekolah dapat melahirkan manusia yang cerdas dengan kesadaran akan realitas sosialnya tetapi kini sekolah telah banyak melahirkan manusia yang cerdas namun memiliki watak dan sikap atau kepribadian yang kotor. Jadi, pantaslah ke khawatiran Y.B Mangunwijaya atas kelahiran penjajah rakyat harus disikapi oleh masyarakat dengan menentang pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas matinya sekolah di negara ini.
Pendidikan keintelektualan yang murah dan bervisi kerakyatan itulah yang harus diterapkan oleh bangsa ini untuk membangun kembali mutu pendidikan yang telah lama mati. Banyaknya permasalahan di negara dari pemerintah yang opurtunis dengan keberpihakan terhadap lembaga Internasinal seperti IMF, WTO dan World Bank yang melakukan penghisapan terhadap perekonomian negara sampai konflik kedaerahan yang masih sering terjadi di Indonesia. Seandainya  pendidikan di Indonesia bervisi kerakyatan dan dapat memberikan kesadaran politik terhadap massa rakyat pasti penindasan di negara ini dapat di hapuskan. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi orang-orang yang telah ‘tersadarkan’ agar dapat mewujudkan perubahan di bangsa ini. 

B. Permasalahan Pendidikan di Indonesia.
Esensi dasar pendidikan adalah sebagai proses memanusiakan manusia, akan tetapi berbicara tentang realitas pendidikan di Indonesia saat ini adalah pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat. Sehingga dapat disinyalir, hal ini adalah sebuah bentuk penindasan terhadap rakyatnya sendiri. Bagaimanapun juga rakyat harus merasakan pendidikan yang diakomodir oleh kepentingan negara. Yang selama ini terjadi  adalah negara tidak mempunyai visi pendidikan yang mampu membawa kearah perubahan terhadap  perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan adanya otonomi kampus menurut PP No. 60 dan 61 tahun 1999, sangat memberatkan rakyat akibat dari negara yang  ingin melepaskan campur tangannya terhadap lembaga  pendidikan. Dimanakah letak konsistensi suatu institusi negara ketika tidak adanya campur tangan  terhadap  pendidikan, belum lagi biaya pendidikan yang dirasakan semakin mahal, karena rendahnya subsidi untuk pendidikan, sehingga semakin memperpanjang barisan pengangguran bagi “anak bangsa” yang kemudian bisa disebut sebagai salah satu bentuk proses  pembodohan bagi rakyatnya.
Realitas dunia pendidikan yang dirasakan sekarang adalah mahalnya biaya pendidikan akibat pendidikan sendiri diarahkan pada gairah akumulasi modal, yang hanya berbasis meraup keuntungan dengan dasar peningkatan mutu. Hal ini sangat ironis sekali ketika pendidikan sangat mahal sehingga banyak orang tidak dapat merasakan dunia pendidikan akibat alasan peningkatan mutu, ternyata dibalik itu hanya menguntungkan kepentingan sepihak saja yaitu para pemilik modal. Maka dari persoalan ini kita mencoba merefleksikan kembali hakekat pendidikan yang ada di Indonesia, karena sesungguhnya bangsa ini telah mengamanatkan dalam UUD 1945 bahwa Negara mempunyai  kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan inipun dipertegas dalam satu pasal yang menyatakan Negara menjamin setiap warga negara untuk  mendapatkan pengajaran (pendidikan) yang layak. Oleh karena itu pendidikan haruslah bervisi kerakyatan sehinga dapat dinikmati oleh massa rakyat, untuk dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Sebab yang namanya pendidikan adalah proses memanusiakan dan memerdekakan manusia, bagaimana kemudian dengan pendidikan manusia mampu memposisikan dirinya sebagai manusia, karena yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal dan kesadarannya. Maka dengan pendidikan manusia bukan hanya tau teori tapi juga manusia harus sadar melihat akan realitas sosial yang ada disekelilingnya, namun apa yang terjadi dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia sekarang sangatlah berbanding terbalik dengan kenyataan.
Perjalanan dunia pendidikan Indonesia tidak lepas dari bentuk, watak dan karakter kolonialisme yang menodai dunia pendidikan Indonesia sampai sekarang masih juga membudaya dan mengakar di masyarakat. Seperti halnya pada massa kolonialisme Belanda yang membentuk karakter pendidikan Indonesia yang kapitalistik dan feodalistik, ini dapat dilihat dari sejarah bahwa pendidikan ala kolonialisme Belanda di terapkan hanya untuk melengkapi tenaga perusahaan Belanda, dan pada saat itu pendidikanpun hanya dapat dinikmati oleh orang-orang dari golongan adm saja, dalam hal ini priyayi. Pada fase Jepang pun juga mempengaruhi dunia pendidikan Indonesia, gaya fasismenya dengan merubah sekolah rakyat bentukan Belanda menjadi sekolah ketentaraan (PETA). Tentunya bentuk, watak dan karakter yang ditinggalkan kolonialisme Jepang adalah militeristik.
Saat ini zaman sudah berubah namun persoalan-persoalan pendidikan masih saja menghantui dunia pendidikan di bangsa kita. Sehingga menjadi budaya yang mengental di masyarakat, tentunya hal ini dapat dilihat pada manusia indonesia sendiri saat ini, mengikisnya budaya kebersamaan dan cenderungnya menjadi manusia individualis, konsurisme, pragmatis dan apatis terhadap ketimpangan-ketimpangan atau permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi disekelilingnya. Ini tidak lepas dari pendidikan yang di arahkan pada kepentingan untuk meraup keuntungan semata (paham modal atau kapitalisme). Adanya watak itu pun selalu mengedepankan persaingan sehingga manusia tidak mampu untuk membongkar ketimpangan-ketimpangan sosial atau tidak sadar  akan realitasnya.
Dan lebih parahnya juga mempengaruhi pola pengajaran pada dunia pendidikan kita, seperti pendidikan penyeragaman, tidak demokratis dan sangat monologis. Yang menjadikan peserta didik sebagai objek-objek pendidikan sehingga terjadinya kemandulan dan pengkebiran daya kritis para peserta didik. Dan para peserta didik selalu di anggap  serba kosong sehingga harus diisi dan diberi pengetahuan, dan di anggap gagal atau pembangkang ketika peserta didik melakukan pengkritisan. Pola dan bentuk seperti ini tidak akan mencerdaskan kehidupan bangsa karena ini merupakan sebagai sebuah upaya militerisasi pendidikan, belum lagi mahalnya biaya pendidikan yang membuat masyarakat tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan hal ini pada dasarnya memunculkan berbagai macam pengangguran di masyarakat.

C. Solusi Yang Ditawarkan
Sangat jelas pendidikan di Indonesia tidak mampu memberikan kemerdekaan ide, berpikir dan berkreatifitas yang juga sangat tidak memanusiakan manusia. Oleh karena itu pendidikan Indonesia harus dipertegas kearah yang lebih memanusiakan manusia dan pendidikan yang dapat di akses atau dinikmati oleh seluruh massa rakyat atau bervisi kerakyatan. Hal ini dapat dimulai dari pendidikan penyadaran dengan membuka ruang-ruang akademik yang demokratis, ilmiah, egaliter, dan dialogis. Dengan tawaran solusi seperti itu dunia pendidikan akan membawa dirinya pada didikasi sesungguhnya yaitu tempat pencerahan untuk merubah segala ambiguitas yang terjadi.
Maka oleh sebab itu, kita sebagai kaum atau orang terpelajar harus sudah menanamkan dari sekarang sebuah pendidikan yang membebaskan, sebagai anti tesa sistem pendidikan bangsa Indonesia saat ini, sehingga akan dapat menjadi pijakan kearah sistem pendidikan yang lebih baik dengan itu solusi awalnya adalah dengan membuka forum-forum diskusi sebagai tempat membaca relitas sosial dan menumbuh kembangkan study-study club sebagai embrio perubahan pada dunia pendidikan yang ada di bangsa saat ini. Dan yang menjadi catatan bagi kita hari ini adalah menciptakan pendidikan yang berbasis kerakyatan, demokratis, egaliter, ilmiah dan transformatif.

            D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan Indonesia pada saat ini mengalami keterpurukan, karena tidak dapat lagi menjalankan fungsi dasarnya. Karenanya kita harus dapat memahami apa sebenarnya fungsi pendidikan itu. Ada banyak rumusan tentang fungsi pendidikan dalam khasanah kepustakaan ilmu sosial pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya. Namun semua rumusan itu dapat dirangkum dalam apa yang disebut oleh seorang psikologi pendidikan yaitu Benjamin Bloom, bahwa fungsi dari lembaga pendidikan pada dasarnya menggarap tiga wilayah kepribaian manusia antara lain: membentuk watak dan sikap (affective domain), mengembangkan pengetahuan (cognitive domain), serta melatih ketrampilan (psychomotoric atau conative domain). Jadi inti pendidikan harus dapat membentuk seseorang mejadi manusia dalam arti yang sebenarnya, yang seutuhnya karena tiga ukuran pokok itulah (watak, pengetahuan dan ketrampilan) yang menjadi ukuran khas kemanusiaan yang membedakan pribadi seseorang dengan makhluk lainnya.
Jadi ketika melihat dunia pendidikan yang sangat memprihatinkan pada saat ini, yang hanya bisa mengenyam pendidikan adalah orang-orang yang mampu secara ekonomi untuk bisa mengaksesnya. Lalu apa peran negara yang telah di tetapkan dalam konstitusi UUD 1945,”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran”. Dengan munculnya otonomi kampus PP No. 61/ 62 Th 1999 ini merupakan suatu bentuk komersialisasi pendidikan, yang sangat memberatkan rakyat untuk mengaksesnya. Dengan di jadikan pendidikan sebagai barang public yang di privatisasi tentunya banyak sekali arus modal yang masuk demi kepentingan para pemodal dalam dunia pendidikian. Pendidikian telah berubah menjadi industrialisasi dan sebagai barang komoditi demi kepentingan pasar.  Inilah bentuk dari kapitalisasai pendidikan yang telah merubah esensi sebenaranya dalam pendidikan itu sendiri.
Share:

0 Comment:

Posting Komentar

Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.

Total Pageviews

Theme Support