A. Latar Belakang
Dunia pendidikan yang dirasakan saat ini sudah keluar
dari esensi dasarnya yaitu untuk “memanusiakan manusia”, yang mengarahkan dan
menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan bagi peserta didik agar tidak hanya bisa
melek hurup tapi juga melek terhadap realitas sosial masyarakat. Ini merupakan
akibat dari sebuah sistem pendidikan nasional yang diterapkan oleh pemerintah
sangatlah tidak relevan bagi kebutuhan rakyatnya. Persoalan ini dapat
dilihat bagaimana tiap sekolah-sekolah
hanya memberikan teori untuk
dapat menjawab soal-soal ujian, agar para siswanya mendapatkan nilai yang baik,
tetapi sekolah tidak pernah memberikan
pengetahuan untuk lebih mengenal realitas sosial yang berupa wacana dan praktek
tentang interaksi manusia dengan manusia, hubungan rakyat dengan negaranya
serta konflik ataupun permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di dalam
negara. Apakah ini tidak dinamakan pendidikan juga? Artinya benar, sekolah hari
ini telah bergeser fungsi yang seharusnya sekolah dapat melahirkan manusia yang
cerdas dengan kesadaran akan realitas sosialnya tetapi kini sekolah telah
banyak melahirkan manusia yang cerdas namun memiliki watak dan sikap atau
kepribadian yang kotor. Jadi, pantaslah ke khawatiran Y.B Mangunwijaya atas
kelahiran penjajah rakyat harus disikapi oleh masyarakat dengan menentang
pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas matinya sekolah di
negara ini.
Pendidikan keintelektualan yang murah dan bervisi
kerakyatan itulah yang harus diterapkan oleh bangsa ini untuk membangun kembali
mutu pendidikan yang telah lama mati. Banyaknya permasalahan di negara dari
pemerintah yang opurtunis dengan keberpihakan terhadap lembaga Internasinal
seperti IMF, WTO dan World Bank yang melakukan penghisapan terhadap
perekonomian negara sampai konflik kedaerahan yang masih sering terjadi di
Indonesia. Seandainya pendidikan di
Indonesia bervisi kerakyatan dan dapat memberikan kesadaran politik terhadap
massa rakyat pasti penindasan di negara ini dapat di hapuskan. Ini merupakan
pekerjaan rumah bagi orang-orang yang telah ‘tersadarkan’ agar dapat mewujudkan
perubahan di bangsa ini.
B. Permasalahan Pendidikan di Indonesia.
B. Permasalahan Pendidikan di Indonesia.
Esensi dasar pendidikan adalah sebagai proses
memanusiakan manusia, akan tetapi berbicara tentang realitas pendidikan di
Indonesia saat ini adalah pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat. Sehingga
dapat disinyalir, hal ini adalah sebuah bentuk penindasan terhadap rakyatnya
sendiri. Bagaimanapun juga rakyat harus merasakan pendidikan yang diakomodir
oleh kepentingan negara. Yang selama ini terjadi adalah negara tidak mempunyai visi pendidikan
yang mampu membawa kearah perubahan terhadap
perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan adanya otonomi kampus
menurut PP No. 60 dan 61 tahun 1999, sangat memberatkan rakyat akibat dari
negara yang ingin melepaskan campur
tangannya terhadap lembaga pendidikan.
Dimanakah letak konsistensi suatu institusi negara ketika tidak adanya campur
tangan terhadap pendidikan, belum lagi biaya pendidikan yang
dirasakan semakin mahal, karena rendahnya subsidi untuk pendidikan, sehingga
semakin memperpanjang barisan pengangguran bagi “anak bangsa” yang kemudian
bisa disebut sebagai salah satu bentuk proses
pembodohan bagi rakyatnya.
Realitas dunia pendidikan yang dirasakan
sekarang adalah mahalnya biaya pendidikan akibat pendidikan sendiri diarahkan
pada gairah akumulasi modal, yang hanya berbasis meraup keuntungan dengan dasar
peningkatan mutu. Hal ini sangat ironis sekali ketika pendidikan sangat mahal
sehingga banyak orang tidak dapat merasakan dunia pendidikan akibat alasan
peningkatan mutu, ternyata dibalik itu hanya menguntungkan kepentingan sepihak
saja yaitu para pemilik modal. Maka dari persoalan ini kita mencoba
merefleksikan kembali hakekat pendidikan yang ada di Indonesia, karena
sesungguhnya bangsa ini telah mengamanatkan dalam UUD 1945 bahwa Negara
mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan inipun dipertegas dalam satu pasal yang menyatakan Negara menjamin
setiap warga negara untuk mendapatkan
pengajaran (pendidikan) yang layak. Oleh karena itu pendidikan haruslah bervisi
kerakyatan sehinga dapat dinikmati oleh massa rakyat, untuk dapat menjadi
manusia yang seutuhnya. Sebab yang namanya pendidikan adalah proses
memanusiakan dan memerdekakan manusia, bagaimana kemudian dengan pendidikan
manusia mampu memposisikan dirinya sebagai manusia, karena yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah akal dan kesadarannya. Maka dengan
pendidikan manusia bukan hanya tau teori tapi juga manusia harus sadar melihat
akan realitas sosial yang ada disekelilingnya, namun apa yang terjadi dalam
dunia pendidikan yang ada di Indonesia sekarang sangatlah berbanding terbalik dengan
kenyataan.
Perjalanan dunia pendidikan Indonesia tidak lepas dari
bentuk, watak dan karakter kolonialisme yang menodai dunia pendidikan Indonesia
sampai sekarang masih juga membudaya dan mengakar di masyarakat. Seperti halnya
pada massa kolonialisme Belanda yang membentuk karakter pendidikan Indonesia
yang kapitalistik dan feodalistik, ini dapat dilihat dari sejarah bahwa
pendidikan ala kolonialisme Belanda di terapkan hanya untuk melengkapi tenaga
perusahaan Belanda, dan pada saat itu pendidikanpun hanya dapat dinikmati oleh
orang-orang dari golongan adm saja, dalam hal ini priyayi. Pada fase Jepang pun
juga mempengaruhi dunia pendidikan Indonesia, gaya fasismenya dengan merubah
sekolah rakyat bentukan Belanda menjadi sekolah ketentaraan (PETA). Tentunya
bentuk, watak dan karakter yang ditinggalkan kolonialisme Jepang adalah
militeristik.
Saat ini zaman sudah berubah namun persoalan-persoalan
pendidikan masih saja menghantui dunia pendidikan di bangsa kita. Sehingga
menjadi budaya yang mengental di masyarakat, tentunya hal ini dapat dilihat
pada manusia indonesia sendiri saat ini, mengikisnya budaya kebersamaan dan
cenderungnya menjadi manusia individualis, konsurisme, pragmatis dan apatis
terhadap ketimpangan-ketimpangan atau permasalahan-permasalahan sosial yang
terjadi disekelilingnya. Ini tidak lepas dari pendidikan yang di arahkan pada
kepentingan untuk meraup keuntungan semata (paham modal atau kapitalisme).
Adanya watak itu pun selalu mengedepankan persaingan sehingga manusia tidak
mampu untuk membongkar ketimpangan-ketimpangan sosial atau tidak sadar akan realitasnya.
Dan lebih parahnya juga mempengaruhi pola pengajaran
pada dunia pendidikan kita, seperti pendidikan penyeragaman, tidak demokratis
dan sangat monologis. Yang menjadikan peserta didik sebagai objek-objek
pendidikan sehingga terjadinya kemandulan dan pengkebiran daya kritis para
peserta didik. Dan para peserta didik selalu di anggap serba kosong sehingga harus diisi dan diberi
pengetahuan, dan di anggap gagal atau pembangkang ketika peserta didik
melakukan pengkritisan. Pola dan bentuk seperti ini tidak akan mencerdaskan
kehidupan bangsa karena ini merupakan sebagai sebuah upaya militerisasi
pendidikan, belum lagi mahalnya biaya pendidikan yang membuat masyarakat tidak
bisa menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan hal ini pada dasarnya
memunculkan berbagai macam pengangguran di masyarakat.
C. Solusi Yang Ditawarkan
Sangat jelas pendidikan di
Indonesia tidak mampu memberikan kemerdekaan ide, berpikir dan berkreatifitas
yang juga sangat tidak memanusiakan manusia. Oleh karena itu pendidikan
Indonesia harus dipertegas kearah yang lebih memanusiakan manusia dan
pendidikan yang dapat di akses atau dinikmati oleh seluruh massa rakyat atau
bervisi kerakyatan. Hal ini dapat dimulai dari pendidikan penyadaran dengan
membuka ruang-ruang akademik yang demokratis, ilmiah, egaliter, dan dialogis.
Dengan tawaran solusi seperti itu dunia pendidikan akan membawa dirinya pada
didikasi sesungguhnya yaitu tempat pencerahan untuk merubah segala ambiguitas
yang terjadi.
Maka oleh sebab itu, kita sebagai
kaum atau orang terpelajar harus sudah menanamkan dari sekarang sebuah
pendidikan yang membebaskan, sebagai anti tesa sistem pendidikan bangsa
Indonesia saat ini, sehingga akan dapat menjadi pijakan kearah sistem
pendidikan yang lebih baik dengan itu solusi awalnya adalah dengan membuka
forum-forum diskusi sebagai tempat membaca relitas sosial dan menumbuh
kembangkan study-study club sebagai embrio perubahan pada dunia pendidikan yang
ada di bangsa saat ini. Dan yang menjadi catatan bagi kita hari ini adalah
menciptakan pendidikan yang berbasis kerakyatan, demokratis, egaliter, ilmiah
dan transformatif.
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
pendidikan Indonesia pada saat ini mengalami keterpurukan, karena tidak dapat
lagi menjalankan fungsi dasarnya. Karenanya kita harus dapat memahami apa
sebenarnya fungsi pendidikan itu. Ada banyak rumusan tentang fungsi pendidikan
dalam khasanah kepustakaan ilmu sosial pada umumnya dan ilmu pendidikan
khususnya. Namun semua rumusan itu dapat dirangkum dalam apa yang disebut oleh
seorang psikologi pendidikan yaitu Benjamin Bloom, bahwa fungsi dari lembaga
pendidikan pada dasarnya menggarap tiga wilayah kepribaian manusia antara lain:
membentuk watak dan sikap (affective domain), mengembangkan pengetahuan (cognitive
domain), serta melatih ketrampilan (psychomotoric atau conative domain).
Jadi inti pendidikan harus dapat membentuk seseorang mejadi manusia dalam arti
yang sebenarnya, yang seutuhnya karena tiga ukuran pokok itulah (watak,
pengetahuan dan ketrampilan) yang menjadi ukuran khas kemanusiaan yang
membedakan pribadi seseorang dengan makhluk lainnya.
Jadi ketika melihat
dunia pendidikan yang sangat memprihatinkan pada saat ini, yang hanya bisa
mengenyam pendidikan adalah orang-orang yang mampu secara ekonomi untuk bisa
mengaksesnya. Lalu apa peran negara yang telah di tetapkan dalam konstitusi UUD
1945,”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran”. Dengan
munculnya otonomi kampus PP No. 61/ 62 Th 1999 ini merupakan suatu bentuk
komersialisasi pendidikan, yang sangat memberatkan rakyat untuk mengaksesnya.
Dengan di jadikan pendidikan sebagai barang public yang di privatisasi tentunya
banyak sekali arus modal yang masuk demi kepentingan para pemodal dalam dunia
pendidikian. Pendidikian telah berubah menjadi industrialisasi dan sebagai
barang komoditi demi kepentingan pasar.
Inilah bentuk dari kapitalisasai pendidikan yang telah merubah esensi
sebenaranya dalam pendidikan itu sendiri.
0 Comment:
Posting Komentar
Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.