Ratusan orang
tanpa pendidikan
Adalah sebuah
pemberontakan
Satu orang yang
berpendidikan
Adalah awal dari
pergerakan
(Chiko Mendez)
Mahasiswa sering
kali menjadi pembicaraan dibanyak kalangan, ketika mahasiswa dipandang menjadi
kekuatan besar yang mampu membawa dampak perubahan yang dialami suatu bangka. Dalam kasus Indonesia, kita dapat melihat fenomena keruntuhan pemerintahan orde lama yang dilakukan oleh mahasiswa
walaupun tidak bisa dipungkiri juga adanya intervensi pihak internasional dan
militer yang dipegang oleh Soeharto. Mei 1998 keruntuhan ORBA rezim otoriter yang
juga didominasi oleh kekuatan mahasiswa, yang pada akhirnya jatuh dikalangan
elit yang mengaku reformis. Hari itu juga mahasiswa dipandang sebagai kekuatan pendorong bersama rakyat
untuk melakukan perubahan, apakah problem sosial, ekonomi, politik dan hukum
yang selama ini diperlihatkan oleh karakter rezim SBY-Kalla yang selalu
menindas rakyatnya.
Yang menjadi
pertanyaan kemudian, siapakah sebenarnya mahasiswa? Apa peran dan posisi
mahasiswa? Ketika mahasiswa juga harus diperhitungkan dalam melakukan perubahan
di Negeri ini. Secara harfiah, tidak ada yang disebut “maha” kecuali tuhan,
mengapa mahasiswa memakai kata “maha” yang berarti paling tinggi dan “siswa”
adalah kaum terpelajar, tidak ada bedanya dengan siswa hanya saja mereka yang
mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Peran dan posisi mahasiswa,
bagaimana memperlihatkan keintelektualnya dan keberuntungan sosial terhadap
pendidikan yang bisa didapat untuk menjelaskan terhadap rakyat persoalan yang
dihadapi yang selalu menimpa kelas yang paling bawah. Mahasiswa harus
memposisikan secara tegas secara individual atau kelompoknya akan berpihak
terhadap siapa? Menurut Antoni Gramci, terdapat dua macam intelektual ; inteluaktual
tradisional dan intelektual organik. Inteluaktual organik juga terbagi ; apakah
akan berpihak terhadap penguasa untuk mencari keuntungan diri sendiri atau
sekelompok orang atau tetap berpihak terhadap rakyat atas kondisi ketertindasan
yang dialami, selalu setia digaris massa
bersama rakyat melakukan perubahan untuk merebut kedaulatan rakyat. Atau sering
kali kita jumpai, apakah mahasiswa hanya kuliah, kantin, kos, rutinas yang
selalu dilakukan. Bagaimana setelah selesai kuliah dapat kerja enak, gaji
banyak, istri cantik. Apakah kita juga ingin seperti itu? Tanpa mengindahkan
nasib rakyat yang berjuang dari kemiskinannya untuk mendapatkan kehidupan yang
layak dan kesejahteraan. Inilah tuntutan
moral kita terhadap rakyat, berbagi rasa atas kondisi yang tak berpihak
melakukan kerja-kerja membangun kekuatan rakyat bersama-sama.
Ada 3 Tipologi Gerakan dalam gerakan mahasiswa, antara lain; pertama Gerakan Populis-Elitis, yaitu Gerakan yang melakukan perjuangan melalui alat-alat politik dengan mengatasnamakan rakyat dan berorientasi ingin menjadi penguasa baru. Kedua Gerakan Elitis-Elitis, yaitu: Gerakan yang sifatnya sangat elit dan tak pernah bersentuhan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat. Gerakan seperti ini sering tersebar di berbabagai institusi atau lembaga perguruan tinggi. Ketiga; Gerakan Populis-Populis yaitu: gerakan yang landasan perjuangannya adalah memperjuangkan atau memihak kepada rakyat dengan memperjuangkan kepentingkan rakyat melalui penentangan atau penolakan terhadap berbagai kebijakan politk yang tidak memihak kepentingan rakyat. Gerakan yang melandasi perjuangannya untuk membebaskan rakyat dari penindasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang selalu mementingkan kepentingan pribadi.
Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa atau pemuda di Indonesia diawali sebelun pra revolusi 1945, pada waktu itu
gerakan masih bersifat primordialisme. Yang pertama, muncullah trikoro darmo yang masih bersifat
kedaerahan, kemudian indicji party
yang dibuat orang-orang pribumi di Negeri Belanda. Dan juga Boedi Oetomo yang
didirikan 1908, walaupun masih bersifat kedaerahan tetapi mempunyai kekuatan
dalam membangun organisasi pemuda ataupun mahasiswa. Pasca kemerdekaan gerakan
mahasiswa kembali memberikan semarak dalam perjalanan politik bangsa ini.
Banyaknya gerakan mahasiswa yang menjadi anderbouw partai politik panda waktu
itu, CGMI berafiliasi dengan PKI, GMNI berafiliasi dengan PNI, Dan
gerakan-gerakan yang bersifat agama juga berafialisasi dengan partai poliyik
yang juga berasaakan agama.
Setelah runtuhnya kekuasaan Orde Lama (ORLA) yang diambil oleh kekuasaan rezim fasis Soeharto
mahasiswa merasa kegelisahan, tahun 1968 ketika UU PMA (penanaman modal asing)
dibuka selebarnya-lebarnya bagi investasi modal untuk masuk ke Indonesia dengan
dukungan Soeharto. Maka Freeport yang masih berdiri di Papua saat ini, atau
perusahaan asing yang bertahan dan mengekploitasi sumber daya alam kita untuk
keuntungan mereka adalah produk Soeharto yang sekarang mau diberi pengampunan
oleh pemerintah SBY-Kalla yang juga merupakan produk orde baru. Malapetaka Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974 memberikan pengalaman pada kita, ketika
mahasiswa untuk menuntut untuk mencabut UU PMA tersebut ternyata diobrak-abrik
oleh rezim, karena kekuatan mahasiswa belum bisa menyatu bersama rakyat dalam
melakukan perjuangan agar bisa lepas dari penindasan dan ketidakadilan. Akibat
kegagalan mahasiswa dalam kasus MALARI tersebut maka d keluarkanlah normalisasi
kehidupan kampus dan badan koordinasi kampus (NKK/BKK) yang dikeluarkan oleh
menteri pendidikan Daoud Yousup, bagaimana menetralisir aktivitas mahasiswa
dalam politik. Akibat NKK/BKK tersebut maka mahasiswa dalam aktivitasnya diserahkan kepada rektor
masing-masing disetiap perguruan tinggi. Banyaknya UKM-UKM (unit kegiatan
mahasiswa) yang ada ini merupakan embrio dari NKK/BKK tersebut bagaimana
mematikan kekritisan mahasiswa. Pada
akhirnya gerakan mahasiswa terkotak-kotak ada yang aktif dikampus dan ada juga
yang membangun kekuatan pembasisan disektor rakyat. Akhirnya di era 90an maka
terbentuklah senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT) atas realitas mahasiswa
yang kemudian kembali masing-masing kebaraknya.
Memuncaknya kembali
gerakan mahasiswa mei 1998, ratusan ribu mahasiswa turun kejalan untuk menuntut
turunnya kekuasaan soeharto. Dalam sejarah GM di manapun posisi mereka terhadap
penguasa selalu kritis, bahkan tidak jarang kemudian menjadi katalisator bagi
tergulingnya sebuah rezim yang tidak demokratis. Biasanya gerakan dimulai
dengan tuntutan-tuntutan demokratis, seperti tuntutan kebebasan berorganisasi,
kebebasan demonstrasi, mogok, kebebasan pers, dan lain-lain. Awalnya mereka
"menyerang" sistem otoritarian di dalam kampus, kemudian gerakan
bergeser dengan menyerang sistem kapitalisme militeristik. Mereka sadar bahwa
sistem di kampus yang "memenjarakan" tidak akan berubah tanpa merubah
sistem negara yang menindas. Tumbuhnya kesadaran "ideologis" ini
merupakan kunci bagi gerakan mahasiswa untuk membuka ruang yang telah
mengungkung mahasiswa selama ini. Walaupun harus juga diakui bahwa kesadaran
ideologis ini tidak selalu mengacu pada aliran politik tertentu. Mungkin lebih
tepat, jika dikatakan bahwa gerakan mahasiswa banyak dituntun oleh
"ideologi" radikalisme dan populisme.
Tetapi mengapa pasca
reformasi kehidupan dan berbangsa rakyat Indonesia masih dalam lingkaran
kemiskinan, akibat penindasan dan ketidak adilan yang dilakukan oleh penguasa.
Reformasi walupun memberi semangat baru, tetapi agenda reformasi masih jauh
dari harapan bagi rakyat Indonesia .
Mahasiswa gagal dalam mengkonsolidasikan kembali gerakannya bersama rakyat,
tidak bisa membuat konsep mau dikemanakan setelah runtuhnya rezim soeharto.
Pada diambil oleh elit yang mengaku reformis untuk kesempatan ini ,dan juga Ada dua persoalan pokok
yang menjadi sebab reformasi total tidak bisa segera dituntaskan. Pertama,
masih dominannya sisa-sisa kekuatan Orde Baru-baik di birokrasi, parlemen
maupun di tubuh militer sendiri. Mereka ini-sisa-sisa Orde Baru-terus-menerus
melakukan manuver politik agar dosa-dosa mereka tidak pernah terbongkar dan
bisa mempertahankan status quo. Akibatnya, agenda-agenda utama dari reformasi total
seperti pengadilan mantan Presiden Soeharto, pencabutan Dwi Fungsi TNI,
pemberantasan KKN, terus terganjal.
Pada hari ini
apakah kita siap melanjutkan perjuangan pembebasan terhadap belenggu penindasan
yang dilakukan oleh rezim ? ada hal yang harus menjadi catatan penting,
mahasiswa tidak bisa berjalan dengan sendirinya dalam membangun kekuatan,
mahasiswa sebagai solidaity maker, social kontol, kekuatan pendorong harus
bersama rakyat untuk melakaukan kerja-kerja bersama. Karena GM tanpa rakyat
tidak ada apa-apanya. Syarat mutlak yang bisa kita kerjakan mencari kawan
sebanyak-banyaknya untuk mendukung perlawanan kita dari sistem
kapitalisme. Kita harus menyadari mulai
detik ini banya PR yang harus kita lakukan kedepan dalam membangun kekuatan
rakyat. Siapa lagi yang sadar kalu kita tidak memualinya.
Berbareng Bergerak Merebut Kedaulatan
Wujudkan Demokrasi
Tuntaskan Revolusi
Bersatu Kita Menggempur
Bercerai Kita
Menghimpun”
0 Comment:
Posting Komentar
Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.