Minggu, 21 Mei 2017

Refleksi Tentang Gerakan Mahasiswa di Tengah Kekuasaan Rezim SBY-Kalla

Hasil gambar untuk gerakan mahasiswa
Ratusan orang tanpa pendidikan
Adalah sebuah pemberontakan
Satu orang yang berpendidikan
Adalah awal dari pergerakan
(Chiko Mendez)

            Mahasiswa sering kali menjadi pembicaraan dibanyak kalangan, ketika mahasiswa dipandang menjadi kekuatan besar yang mampu membawa dampak perubahan yang dialami suatu bangka. Dalam kasus Indonesia, kita dapat melihat fenomena keruntuhan pemerintahan orde lama yang dilakukan oleh mahasiswa walaupun tidak bisa dipungkiri juga adanya intervensi pihak internasional dan militer yang dipegang oleh Soeharto. Mei 1998 keruntuhan ORBA rezim otoriter yang juga didominasi oleh kekuatan mahasiswa, yang pada akhirnya jatuh dikalangan elit yang mengaku reformis. Hari itu juga mahasiswa dipandang sebagai kekuatan pendorong bersama rakyat untuk melakukan perubahan, apakah problem sosial, ekonomi, politik dan hukum yang selama ini diperlihatkan oleh karakter rezim SBY-Kalla yang selalu menindas rakyatnya.
            Yang menjadi pertanyaan kemudian, siapakah sebenarnya mahasiswa? Apa peran dan posisi mahasiswa? Ketika mahasiswa juga harus diperhitungkan dalam melakukan perubahan di Negeri ini. Secara harfiah, tidak ada yang disebut “maha” kecuali tuhan, mengapa mahasiswa memakai kata “maha” yang berarti paling tinggi dan “siswa” adalah kaum terpelajar, tidak ada bedanya dengan siswa hanya saja mereka yang mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Peran dan posisi mahasiswa, bagaimana memperlihatkan keintelektualnya dan keberuntungan sosial terhadap pendidikan yang bisa didapat untuk menjelaskan terhadap rakyat persoalan yang dihadapi yang selalu menimpa kelas yang paling bawah. Mahasiswa harus memposisikan secara tegas secara individual atau kelompoknya akan berpihak terhadap siapa? Menurut Antoni Gramci, terdapat dua macam intelektual ; inteluaktual tradisional dan intelektual organik. Inteluaktual organik juga terbagi ; apakah akan berpihak terhadap penguasa untuk mencari keuntungan diri sendiri atau sekelompok orang atau tetap berpihak terhadap rakyat atas kondisi ketertindasan yang dialami, selalu setia digaris massa bersama rakyat melakukan perubahan untuk merebut kedaulatan rakyat. Atau sering kali kita jumpai, apakah mahasiswa hanya kuliah, kantin, kos, rutinas yang selalu dilakukan. Bagaimana setelah selesai kuliah dapat kerja enak, gaji banyak, istri cantik. Apakah kita juga ingin seperti itu? Tanpa mengindahkan nasib rakyat yang berjuang dari kemiskinannya untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan kesejahteraan.  Inilah tuntutan moral kita terhadap rakyat, berbagi rasa atas kondisi yang tak berpihak melakukan kerja-kerja membangun kekuatan rakyat bersama-sama.
              Ada 3 Tipologi Gerakan dalam gerakan mahasiswa, antara lain; pertama Gerakan Populis-Elitis, yaitu Gerakan yang melakukan perjuangan melalui alat-alat politik dengan mengatasnamakan rakyat dan berorientasi ingin menjadi penguasa baru. Kedua  Gerakan Elitis-Elitis, yaitu: Gerakan yang sifatnya sangat elit dan tak pernah bersentuhan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat. Gerakan seperti ini sering tersebar di berbabagai institusi atau lembaga perguruan tinggi. Ketiga; Gerakan Populis-Populis yaitu: gerakan yang landasan perjuangannya adalah memperjuangkan atau memihak kepada rakyat dengan memperjuangkan kepentingkan rakyat melalui penentangan atau penolakan terhadap berbagai kebijakan politk yang tidak memihak kepentingan rakyat. Gerakan yang melandasi perjuangannya untuk membebaskan rakyat dari penindasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang selalu mementingkan kepentingan pribadi.  
            Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa atau pemuda di Indonesia diawali sebelun pra revolusi 1945, pada waktu itu gerakan masih bersifat primordialisme. Yang pertama, muncullah trikoro darmo yang masih bersifat kedaerahan, kemudian indicji party yang dibuat orang-orang pribumi di Negeri Belanda. Dan juga Boedi Oetomo yang didirikan 1908, walaupun masih bersifat kedaerahan tetapi mempunyai kekuatan dalam membangun organisasi pemuda ataupun mahasiswa. Pasca kemerdekaan gerakan mahasiswa kembali memberikan semarak dalam perjalanan politik bangsa ini. Banyaknya gerakan mahasiswa yang menjadi anderbouw partai politik panda waktu itu, CGMI berafiliasi dengan PKI, GMNI berafiliasi dengan PNI, Dan gerakan-gerakan yang bersifat agama juga berafialisasi dengan partai poliyik yang juga berasaakan agama.
            Setelah runtuhnya kekuasaan Orde Lama (ORLA) yang diambil oleh kekuasaan rezim fasis Soeharto mahasiswa merasa kegelisahan, tahun 1968 ketika UU PMA (penanaman modal asing) dibuka selebarnya-lebarnya bagi investasi modal untuk masuk ke Indonesia dengan dukungan Soeharto. Maka Freeport yang masih berdiri di Papua saat ini, atau perusahaan asing yang bertahan dan mengekploitasi sumber daya alam kita untuk keuntungan mereka adalah produk Soeharto yang sekarang mau diberi pengampunan oleh pemerintah SBY-Kalla yang juga merupakan produk orde baru. Malapetaka Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974 memberikan pengalaman pada kita, ketika mahasiswa untuk menuntut untuk mencabut UU PMA tersebut ternyata diobrak-abrik oleh rezim, karena kekuatan mahasiswa belum bisa menyatu bersama rakyat dalam melakukan perjuangan agar bisa lepas dari penindasan dan ketidakadilan. Akibat kegagalan mahasiswa dalam kasus MALARI tersebut maka d keluarkanlah normalisasi kehidupan kampus dan badan koordinasi kampus (NKK/BKK) yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan Daoud Yousup, bagaimana menetralisir aktivitas mahasiswa dalam politik. Akibat NKK/BKK tersebut maka mahasiswa  dalam aktivitasnya diserahkan kepada rektor masing-masing disetiap perguruan tinggi. Banyaknya UKM-UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang ada ini merupakan embrio dari NKK/BKK tersebut bagaimana mematikan kekritisan mahasiswa.  Pada akhirnya gerakan mahasiswa terkotak-kotak ada yang aktif dikampus dan ada juga yang membangun kekuatan pembasisan disektor rakyat. Akhirnya di era 90an maka terbentuklah senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT) atas realitas mahasiswa yang kemudian kembali masing-masing kebaraknya.
            Memuncaknya kembali gerakan mahasiswa mei 1998, ratusan ribu mahasiswa turun kejalan untuk menuntut turunnya kekuasaan soeharto. Dalam sejarah GM di manapun posisi mereka terhadap penguasa selalu kritis, bahkan tidak jarang kemudian menjadi katalisator bagi tergulingnya sebuah rezim yang tidak demokratis. Biasanya gerakan dimulai dengan tuntutan-tuntutan demokratis, seperti tuntutan kebebasan berorganisasi, kebebasan demonstrasi, mogok, kebebasan pers, dan lain-lain. Awalnya mereka "menyerang" sistem otoritarian di dalam kampus, kemudian gerakan bergeser dengan menyerang sistem kapitalisme militeristik. Mereka sadar bahwa sistem di kampus yang "memenjarakan" tidak akan berubah tanpa merubah sistem negara yang menindas. Tumbuhnya kesadaran "ideologis" ini merupakan kunci bagi gerakan mahasiswa untuk membuka ruang yang telah mengungkung mahasiswa selama ini. Walaupun harus juga diakui bahwa kesadaran ideologis ini tidak selalu mengacu pada aliran politik tertentu. Mungkin lebih tepat, jika dikatakan bahwa gerakan mahasiswa banyak dituntun oleh "ideologi" radikalisme dan populisme.
            Tetapi mengapa pasca reformasi kehidupan dan berbangsa rakyat Indonesia masih dalam lingkaran kemiskinan, akibat penindasan dan ketidak adilan yang dilakukan oleh penguasa. Reformasi walupun memberi semangat baru, tetapi agenda reformasi masih jauh dari harapan bagi rakyat Indonesia. Mahasiswa gagal dalam mengkonsolidasikan kembali gerakannya bersama rakyat, tidak bisa membuat konsep mau dikemanakan setelah runtuhnya rezim soeharto. Pada diambil oleh elit yang mengaku reformis untuk kesempatan ini ,dan juga Ada dua persoalan pokok yang menjadi sebab reformasi total tidak bisa segera dituntaskan. Pertama, masih dominannya sisa-sisa kekuatan Orde Baru-baik di birokrasi, parlemen maupun di tubuh militer sendiri. Mereka ini-sisa-sisa Orde Baru-terus-menerus melakukan manuver politik agar dosa-dosa mereka tidak pernah terbongkar dan bisa mempertahankan status quo. Akibatnya, agenda-agenda utama dari reformasi total seperti pengadilan mantan Presiden Soeharto, pencabutan Dwi Fungsi TNI, pemberantasan KKN, terus terganjal.
            Pada hari ini apakah kita siap melanjutkan perjuangan pembebasan terhadap belenggu penindasan yang dilakukan oleh rezim ? ada hal yang harus menjadi catatan penting, mahasiswa tidak bisa berjalan dengan sendirinya dalam membangun kekuatan, mahasiswa sebagai solidaity maker, social kontol, kekuatan pendorong harus bersama rakyat untuk melakaukan kerja-kerja bersama. Karena GM tanpa rakyat tidak ada apa-apanya. Syarat mutlak yang bisa kita kerjakan mencari kawan sebanyak-banyaknya untuk mendukung perlawanan kita dari sistem kapitalisme.  Kita harus menyadari mulai detik ini banya PR yang harus kita lakukan kedepan dalam membangun kekuatan rakyat. Siapa lagi yang sadar kalu kita tidak memualinya.

Berbareng Bergerak Merebut Kedaulatan 
Wujudkan Demokrasi
Tuntaskan Revolusi
Bersatu Kita Menggempur
Bercerai Kita Menghimpun”
Share:

0 Comment:

Posting Komentar

Monggo, Jika Anda Ingin Komentar, Tapi Tolong Gunakan Bahasa Yang Sopan.
Monggo, Jika Anda Ingin Kritik, Tapi Tolong Kritik Yang Membangun.

Total Pageviews

Theme Support